-->
loading...
Proses Pengendalian (Control Process) Part 1
Seperti yang kita ketahui bahwa pengendali atau alat kontrol merupakan elemen kontrol yang berperan sebagai otaknya. Elemen inilah yang menerima informasi tentang variabel yang dikontrol pada suatu proses melalui elemen pengukur. Informasi ini kemudian dibandingkan dengan harga setpoint yang telah ditetapkan, pengendali melakukan penghitungan untuk menentukan aksi yang harus dilakukan. Jika perhitungan telah selesai dan telah ada keputusan tentang aksi yang diambil, pengendali kemudian menjalankan aksinya dengan mengirim sinyal kepada elemen kontrol akhir (actuator). Dengan demikian, pengendali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengendalian dalam sistem kontrol proses.

Pada bagian ini kita akan mempelajari prinsip-prinsip pengendali analog yang meliputi karakteristik dan realisasi analognya. Jenis-jenis pengendali yang akan dibahas meliputi pengendali tidak kontinyu (pengendali On-Off) dan pengendali kontinyu, yaitu, P, I, D dan kombinasinya.

Pengendali-pengendali ini sangat populer di dunia industri karena kesederhanaan dalam realisasi, keandalan kinerja dan khususnya kemudahan dalam penalaan (tunning) parameter-parameter controlnya. Ini semua membuat kebanyakan praktisi  kontrol sangat mengenal pengendali ini.

Jenis-jenis pengendali

Untuk mempermudah dalam pemahamannya, dirasakan sangat penting untuk mempunyai suatu model sistem proses yang dikendalikan. Untuk keperluan tersebut di sini akan dikemukakan sistem kontrol suhu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Pengendalian suhu secara otomatis dapat terdiri dari kerangan, aktuator, pengendali dan sensor yang mendeteksi suhu dalam ruangan.


 Gambar 1.Kontrol Suhu

Sistem pengendalian akan seimbang apabila sensor suhu ruangan tidak mendeteksi suhu yang lebih atau kurang yang dibutuhkan oleh sistem. Yang terjadi pada katup kontrol saat
sensor mendeteksi perubahan suhu (deviasi suhu) bergantung pada jenis pengendalian yang digunakan. Hubungan antara gerakan katup dan perubahan suhu adalah medium yang dikendalikannya yang dikenal dengan jenis pengendali atau aksi pengendali.

Ada dua jenis dasar pengendali:
o   On/Off    :  Katup terbuka atau tertutup penuh, tanpa ada keadaan antara;
o   Kontinyu: Katup dapat bergerak pada daerah antara tertutup secara penuh dan terbuka secara penuh atau pada daerah antara.


Pengendali On-Off

Pengendali on-off adalah pengendali yang paling dasar dalam sistem kendali. Karena karakteristiknya, pengendali ini dikenal juga dengan sebutan  pengendali dua-posisi atau dua langkah. Pengendali ini paling sederhana dan paling murah namun mencukupi untuk aplikasi-aplikasi di mana tidak diperlukan ketelitian yang tinggi. Untuk mengetahui bagaimana kerja pengendali ini, marilah kita perhatikan Gambar 1.

Tangki air yang ditunjukkan pada Gambar 1, tujuannya adalah memanaskan air di dalam tangki dengan menggunakan energi dari koil uap sederhana. Pada pipa menuju koil dipasang katup 2-port dan aktuator, lengkap dengan termostat yang ditempatkan di air dalam tangki.

Misalkan, dalam hal ini, suhu yang diinginkan atau setpoint adalah 60°C dan thermostat sebagai sensor suhu juga diset  pada suhu 60°C. Apa yang terjadi bila thermostat diset pada satu titik seperti ini? Logikanya apabila titik penyakelarannya tepat pada suhu  60°C, sistem tidak dapat beroperasi dengan baik, karena katup tidak tahu apakah harus membuka  atau menutup pada suhu tersebut. Akibatnya katup akan membuka dan menutup pada interval  waktu yang sangat pendek (cepat) yang bisa menyebabkan kerusakan. Kerusakan tidak terbatas pada katupnya saja bisa jadi sistem penggeraknya akan rusak juga.

Maka dari itu, termostat harus memiliki batas atas dan batas bawah. Hal ini sangat penting untuk mencegah siklus membuka-menutup terlalu cepat seperti yang telah disinggung di atas. Misalnya, dalam hal ini batas atasnya adalah 61°C, yang merupakan titik di mana termostat akan memerintahkan katup untuk menutup dan batas bawahnya 59°C, titik di mana thermostat akan memerintah katup untuk membuka. Jadi, ada perbedaan titik penyakelaran yang sudah dibuat pada thermostat sebesar ±1°C dari  60°C sebagai set point.

Diferensial penyakelaran
Dengan adanya pengesetan batas atas dan bawah ini memberikan suatu perbedaan sebesar 2°C (±1°C). Pada daerah ini pengendali tidak melakukan aksi apa-apa. Daerah 2°C (±1°C) ini dikenal dengan diferensial - penyakelaran (switching differential) atau popular juga dengan sebutan zona netral. Zona netral ini berbeda-beda antara thermostat yang satu dan lainnya). Diagram aksi penyakelaran termostat ditunjukkan pada Gambar 2.

Suhu dalam tangki akan turun sampai 59°C sebelum katup diperintah untuk membuka dan suhu akan meningkat sampai 61°C sebelum katup diperintah untuk menutup.


Gambar. 2. Aksi penyaklaran On/Off pada termostat

Gambar 2 menunjukkan diagram penyaklaran on-off sebagai fungsi waktu.

Overshoot dan undershoot

Walaupun sudah ada penyakelaran tetapi efek penukaran panas dari koil ke air tidak terjadi seketika. Hal tersebut memerlukan waktu. Oleh karena itu ketika pada saat suhu mencapai 61°C dan katup menutup, namun, suhu air tidak langsung turun tapi akan naik di atas 61°C sampai puncak atas, dan kemudian turun di bawah 59°C yang merupakan batas bawah. Perhatikan Gambar 2 dan 3.

Pada titik A (59°C, Gambar 3) termostat akan On dan memerintah katup untuk terbuka. Dibutuhkan waktu untuk menukar panas dari koil ke air, seperti yang ditunjukkan pada grafik suhu air dalam Gambar 3. Pada titik B (61°C) termostat akan Off dan memerintahkan katup untuk menutup. Namun koil masih penuh dengan uap, yang akan terus mengembun dan melepas panasnya. Maka dari itu suhu air akan terus meningkat di atas batas atas, dan terjadi overshoot pada titik C, sebelum akhirnya akan menurun.

Gambar. 3  Suhu air versus waktu

Mulai dari titik ini, suhu dalam tangki akan terus menurun, hingga titik D (59°C), dan termostat akan memerintahkan katup untuk membuka. Uap masuk kembali dalam koil, dibutuhkan waktu untuk terjadi pertukaran panas sehingga suhu air masih terus menurun untuk sementara waktu, hingga mengalami undershoot pada titik E.

Diferensial operasi
Perbedaan antara puncak atas dan bawah dikenal dengan diferensial operasi (operating differential). Diferensial penyaklaran sebuah thermostat tergantung pada jenis thermostat yang digunakan. Diferensial operasi tergantung pada karakteristik proses (tangki, isinya, karakteristik pertukaran panas koil, laju panas yang ditransfer ke thermostat, dan lain-lain).

Intinya dengan pengendali on/off, ada batas atas dan batas bawah panyeklaran, dan katup terbuka penuh atau tertutup penuh, tidak ada daerah antara.

Namun, tersedia pengendali-pengendali yang menyediakan waktu pengendalian secara proporsional, di mana dimungkinkan untuk mengganti rasio waktu on dan off untuk mengendalikan kondisi/variabel yang dikendalikan. Aksi proporsional ini terjadi di sekitar set point dan set point kemudian menjadi batas tengahnya.

Apabila kondisi yang dikendalikan di luar kisaran, sinyal output dari pengendali akan  penuh atau mati, berfungsi seperti saklar on/off. Apabila kondisi yang dikendalikan ada di dalam kisaran, output pengendali akan on atau off sesuai dengan deviasi antara kondisi yang dikendalikan dan set point.

Dengan variabel yang dikendalikan pada set point, rasio waktu ‘on’ dan ‘off’ adalah 1 : 1, sehingga waktu saat ‘on’ dan ‘off’ akan seimbang. Jika kondisi yang kendalikan di bawah set point, waktu ‘on’ akan lebih lama dibanding waktu ‘off’, demikian sebaliknya, sesuai dengan deviasi yang ada dalam kisaran.

Aplikasi
Keuntungan utama pengendalian on/off adalah karena sederhana dan murah. Inilah mengapa banyak ditemukan pada aplikasi domestik seperti boiler pemanas sentral dan kipas pemanas.

Kerugian utamanya adalah diferensial operasi dapat terjadi di luar toleransi kontrol yang diinginkan proses. Sebagai contoh, pada produksi makanan, di mana rasa dan keterjagaan rasa ditentukan oleh ketepatan kontrol suhu, pengendalian on/off tidaklah  sesuai.

Kontrol on-off sangat sesuai digunakan untuk sistem yang berskala besar dengan laju proses yang relatif rendah. Sebagai contoh untuk pemanasan ruan atau pengkondisian udara. Kapasitas sistem seperti ini sangat besar dalam ukuran volume udaranya dan pengaruh pemanasan dan pendinginan adalah relatif lambat. Perubahan secara tiba-tiba pada sistem semacam itu tidaklah umum. Proses dengan kendali on-off harus membolehkan adanya osilasi pada variabel yang dikontrol karena sifatnya yang selalu menghasilkan osilasi semacam itu.

Apabila pengendalian on/off tidak sesuai karena dibutuhkan pengendalian suhu yang akurat, maka pilihan selanjutnya adalah pengendali kontinyu.

Pengendali Kontinyu

Pengendali kontinyu sering disebut sebagai pengendalian modulasi. Artinya katup dapat bergerak secara kontinyu untuk mengubah tingkat pembukaan atau penutupan katup tidak seperti yang terjadi pada kontrol on-off yang hanya membuka secara penuh atau menutup secara penuh.

Ada tiga aksi dasar pengendalian yang sering diaplikasikan dalam pengendali kontinyu:
o   Proporsional (P)
o   Integral (I)
o   Derivatif (D)

Kombinasi seperti P + I, P + D, P + I + D merupakan kombinasi-kombinasi kontrol yang sangat penting untuk dimengerti karena kontrol kombinasi ini mampu memberikan unjuk kerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan yang individual. Perlu diketahui juga bahwa pengendali intergral (I) dan derivative (D) diterapkan sebagai jalan keluar mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh pengendali proporsional (P).

Pengendali Proporsional (P)

Pengendali proporsional (P) merupakan pengembangan dari pengendali dua posisi (On-Off). Pada pengendali dua-posisi, keluaran pengendali adalah 100 % atau 0%, atau On atau Off, atau buka atau tutup seperti yang dicontohkan di atas, tergantung pada sinyal error atau sinyal yang masuk ke pengendali. Jika sinyal error lebih besar dari daerah netral maka keluaran pengendali adalah 100%, sebaliknya bila sinyal error lebih kecil dari daerah netral maka keluaran pengendali 0%.

Pengendali P mempunyai keluaran yang bersifat kontinyu, dimana antara masukan dan keluaran mempunyai hubungan satu-satu. Ini  berarti bahwa perubahan yang terjadi pada keluarannya akan mengikuti perubahan sinyal errornya. Sudah tentu, perubahan keluaran pengendali, dalam prakteknya selalu dibatasi oleh kondisi saturasi minimum dan maksimum yang telah ditetapkan dari perangkat keras yang digunakan.

Fungsi Alih

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa hubungan antara input dan output dari suatu pengendali disebut fungsi-alih (transfer function). Fungsi alih dari pengendali ada bermacam-macam, misalnya ada yang menggunakan fungsi waktu (t), fungsi Laplace (s), dan dalam bentuk persentase (%). Oleh karena itu, bila dijumpai adanya perbedaan simbol dan notasi dalam penggambarannya tidaklah menjadi masalah.

Dalam buku ini fungsi alih yang digunakan adalah yang berbentuk persentase.  Hubungan input-output untuk pengendali proporsional (P) dapat ditulis:

dimana:
P    = keluaran (%)
KP = penguatan proporsional
E   = error (%)
                                   
Karakteristik pengendali P
Sesuai dengan namanya, pengendali ini akan memberikan keluaran serupa dengan bentuk masukannya. Sedangkan ukuran keluarannya merupakan perkaliannya dengan besar penguatan proporsionalnya (KP). Oleh karena itu, bila pada masukan pengendali diberikan sinyal error E dalam bentuk step (Gambar 4.6), maka sinyal keluaran mempunyai bentuk yang sama dengan E, akan tetapi dengan besaran yang berbeda. Contohnya, bila penguatannya KP1 maka keluarannya sama dengan P1 dan bila penguatannya adalah KP2 maka keluarannya sebesar P2. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara input-output dengan KP1 < KP2.

Gambar 4. Tanggapan step pengendali P


LihatTutupKomentar
loading...